Penulis :
Muhamad Irsadul Ngibad
Penerbit : CV Kireinara
Ukuran Buku : A5
Ketebalan : 180 Halaman
ISBN : dalam proses
Sinopsis
Lima orang gadis tergabung dalam satu geng dengan Kamar C-23 sebagai basecamp-nya. Mereka menuliskan kalimat-kalimat tentang keluarga idaman meereka di pintu almari yang ada di basecamp. Namun, sayang mereka harus meninggalkan basecamp karena kos mereka diubah menjadi kosa cowok. Maka kamar itu pun berpindah ke seorang cowok yang bernama Ahmad. Setelah membaca tulisan di pintu almari, Ahmad menambahkan satu tulisan di sana. Pada akhirnya Ahmad berkesempatan bertemu dengan empat gadis itu. Satu orang ikut karena sedang ada acara kampus. Mereka datang untuk mengambil buku diary yang tertinggal. Mereka pun menjadi sahabat karib karena Ahmad telah mengubah basecamp mereka menjadi mading yang penuh dengan tulisan-tulisan. Untuk selanjutnya, leempat gadis itu sering bermain untuk ikut juga menuangkan tulisan-tulisan mereka. Merek harus berpisah karena lulus kuliah. Mereka menjalani hidupnya masing-masing dari mencari pekerjaan hingga mereka mendapatkan jodohnya masing-masing. Mereka menjalani kehidupan rumah tangga mereka dengan segala lika-likunya. Ahmad akhirnya menikah dengan Ling-Ling dan hidup bahagia, tapi Ling-ling harus meninggal karena Covid-19. Ahmad akhirnya melakukan pencarian wanita sebagai penerus Ling-ling. Dia bisa berkomunikasi lagi dengan Ani, Santi, Desti dan Harum. Dari komunikasi inilah, Ahmad bisa mengetahui nasib mereka. Ani, dijodohkan dengan keturunan bangsawan tapi ditolaknya. Ia ingin menikahi pacarnya yang berasal dari Samarinda tapi gagal. Dia dinikahi oleh seorang dosen tapi baru tiga hari menikah sudah dicerai. Santi, menikah dengan seorang dosen yang kemudian berhasil menjadi anggota dewan tapi Santi tidak pernah disentuh hingga lima tahun lamanya. Desti menikah dengan lelaki yang dikenalnya di facebook tapi ditinggal pergi begitu saja. Novel ini merupakan gambaran lika-liku perjalanan rumah tangga mereka. Bagaimana mereka ingin mewujudkan keluarga yang mereka impikan selama ini. Mereka akhirnya belajar dari Ahmad yang selalu bisa menerima segala hal yang menimpanya. Akhirnya mereka pun menngikuti aliran Ahmad.